TRADISI VALENTINE, BOLEHKAH?

Tadi pagi, sewaktu mengajar anak-anak remaja, saya tanya bulan februari identik dengan apa?
Mereka menjawab: Bulan kasih sayang, Bulan Valentine...
Saya tanya lagi, apa itu Valentine?
Mereka jawab: Berbagi coklat dan bunga...he he he...

Mungkin tak hanya anak-anak, kita, para guru dan mungkin orang tua, sebagian juga tidak mengerti mengapa Februari ada hari Valentine. Bagaimana sejarahnya? Bagaimana Tradisi awalnya?

Baiklah, mari kita simak bersama hasil penelusuran Kak Yudi, tentang Valentine.

Apakah Valentine itu?Sebagian besar orang merayakan Valentine tanpa mengetahui asal-muasalnya perayaan itu. Mereka hanya ikut-ikutan karena orang lain merayakannya. Beberapa anak muda yang saya tanya, mengapa mereka merayakan Valentine, menjawab: “Karena teman-teman mengajak saya, apa salahnya saya ikut.” “Yang saya tahu di majalah-majalah anak muda, setiap bulan Februari selalu merayakan Valentine, jadi saya tidak mau dikatakan ketinggalan zaman.” Dari jawaban ini. jelas mereka merayakan Valentine hanya ikut-ikutan tanpa tahu mengapa hari itu mesti dirayakan.

Hari Valentine
Hari Valentine dimulai pada zaman Romawi. Pada masa Romawi kuno, tanggal 14 Februari adalah hari libur untuk menyembah Dewi Juno. Juno adalah Ratu dari dewa-dewi Romawi. Orang-orang Roma kemudian mengenalnya sebagai Dewi dari para wanita dan Dewi perkawinan. Hari berikutnya, tanggal 15 Februari, adalah hari raya Lupercalia.
Pada perayaan Lupercalia, tempat tinggal para remaja putra dan para remaja putri dipisahkan sangat jauh. Salah satu kebiasaan dari para anak muda ini adalah memilih nama pasangannya. Pada upacara Lupercalia nama seorang gadis ditulis di atas secarik kertas dan dimasukkan ke dalam guci. Setiap pemuda akan menarik sebuah nama dari dalam guci itu dan gadis yang dipilihnya itu akan menjadi pasangannya sepanjang festival berlangsung. Kadangkala pasangan ini berlangsung sepanjang tahun, dan sering, mereka saling jatuh cinta dan pada akhirnya menikah.

Di bawah pemerintahan Kaisar Claudius II, Roma mengakibatkan banyak pertumpahan darah dan keadaan yang tidak menyenangkan. Claudius yang bengis membawa rakyat pada masa yang sulit dengan keputusannya untuk wajib militer. Ia yakin bahwa laki-laki Romawi tidak ingin meninggalkan keluarga yang mereka cintai. Akibatnya, Claudius menggagalkan semua pernikahan dan pertunangan di Roma.

St. Valentine yang baik adalah seorang pengkhotbah di Roma pada masa Claudius II. Ia dan St. Marius banyak menolong orang-orang Kristen yang dianiaya dan melakukan upacara pernikahan dengan sembunyi-sembunyi. Mereka melakukan upacara pernikahan itu dengan berbisik, sambil mendengarkan kalau-kalau ada langkah-langkah prajurit. Suatu malam, ketika ia selesai memberkati pernikahan sepasang anak muda, tiba-tiba terdengar langkah kaki yang ternyata langkah para prajurit yang segera menangkapnya. Syukur pasangan yang baru ia berkati berhasil meloloskan diri.  Karena perbuatannya itu St. Valentine diseret ke depan pengadilan Roma, yang menjatuhinya hukuman mati. St. Valentine dieksekusi pada tanggal 14 Februari 270, bertepatan dengan perayaan nasional menghormati Dewi Juno dan festival Lupercalia. 

Bagaimana Perayaan Valentine Masuk Ke Dalam Gereja ?
Ketika Agama Kristen menjadi Agama Negara Romawi, perayaan Lupercalia dan penyembahan kepada Dewi Juno yang merupakan tradisi Roma, masih dilakukan. Itu sebabnya para pemimpin gereja  melakukan segala cara untuk menjauhkan unsur kafir dalam perayaan ini. Mereka mencari-cari perayaan apa yang cocok dan bertepatan dengan tanggal 14 Februari tersebut. Kemudian mereka mendapati hari kematian seorang martir, bernama Valentine. Maka ditetapkanlah tanggal 14 Februari sebagai heri memperingati kematian Valentine, atau lebih dikenal Hari Valentine.
            Gaya perayaan Valentine tidak jauh berbeda dengan perayaan Lupercalia, yaitu memilih pasangan untuk anak-anak muda. Dan St. Valentine sebagai teladannya, yaitu seorang yang menjunjung tinggi cinta kasih. Ucapan yang biasa dipakai untuk pasangannya adalah, “Be my Valentine.” (Jadilah Valentine-ku).

Mitos dan tradisi seputar Valentine
Beratus-ratus tahun yang lalu di Inggris, banyak anak berpakaian seperti orang dewasa pada hari Valentine. Mereka pergi dengan bernyanyi dari satu rumah ke rumah lain. Salah satu kalimat yang mereka nyanyikan adalah:
Selamat Pagi, Valentine;
Lingkarkan kuncimu seperti aku juga melakukannya dengan milikku;
Dua di depan dan tiga di belakang.

Di Wales senduk cinta dari kayu diukir dan diberikan sebagai hadiah pada tanggal 14 Februari. Hati, kunci dan pegangan kunci adalah hiasan yang disukai pada senduk. Hiasan itu memiliki makna,”Kau membuka kunci hatiku.”
            
Pada usia pertengahan, laki-laki dan wanita muda mengambil nama dari sebuah mangkuk untuk melihat siapa valentine mereka. Mereka akan memakai nama itu pada lengan baju mereka selama seminggu. Untuk memakai pujaan hatimu pada lengan bajumu sekarang berarti bahwa itu terlalu mudah bagi orang lain untuk mengenali bagaimana perasaanmu.

Di beberapa negara, seorang wanita muda boleh menerima sebuah hadiah pakaian dari seorang laki-laki muda. Bila ia menjaga hadiah itu, ini berarti ia akan menikah dengan pria itu.

Pikirkan lima atau enam nama pria atau wanita yang mungkin akan kau nikahi, sementara kamu memutar tangkai buah apel. Sebutlah nama-nama itu secara bergantian sampai tangkai apel itu putus/terlepas dari buahnya. Kamu akan menikahi nama yang kamu sebut ketika tangkai buah apel itu terlepas.

Petiklah sekuntum bunga dandelion (bunga yang kuntumnya lembut dan gampang diterbangkan angin, semacam bunga alang-alang) yang mulai berbiji. Letakkan dekat-dekat di dadamu dan tiuplah. Hitung berapa biji yang tertinggal. Itulah jumlah anak yang akan kamu miliki.

Bila kamu memotong sebuah apel dalam dua bagian dan menghitung berapa banyak biji yang ada di dalamnya, kamu juga akan tahu berapa banyak anakmu nanti.

Nah, itu mitos-mitos seputar Valentine yang masih banyak dipercayai di negeri Barat sana...


Bagaimana kita menyikapinya?

Mengesampingkan mitos-mitos dan tradisi kafir yang ada di seputar Valentine day, tidak mengapa bila kita juga merayakannya, untuk sekedar kembali membangun hubungan kasih dengan orang-orang terdekat kita, orang tua, anak, sahabat, saudara, dan pacar (eits..yang ini hanya yang sudah cukup umur ya...). Di sekolah minggu juga bisa dijadikan moment untuk berbagi kasih dengan teman-teman, atau berbagi ungkapan cinta dengan papa-mamanya. Coba dibuat pesta mawar atau pesta surat untuk papa-mama...pasti deh, nanti suasana ibadahnya jadi melo he he he....

So, I just want to say "Happy Valentine"...I love You All...Kids and Teachers.

(Kak Yudi, dari berbagai Sumber)


EmoticonEmoticon

Followers