Ini adalah 4 tipe orang tua yang ada:
1. Orang tua yang otoriter. Dalam sebuah ilustrasi, seorang anak jatuh ke dalam sungai ketika sedang bermain-main di pinggir sungai. Ayahnya menatap si anak dan mulai marah-marah. “Kamu sih, tidak nurut perintah papa! Sekarang kamu tenggelam, kan? Dasar anak kurang ajar!” Sedangkan dipikiran anak itu hanya ada satu “Saya tidak butuh dimarahi. Saya butuh diselamatkan”.
Tipe orang tua seperti ini biasanya percaya diri, selalu mengontrol segala hal, menikmati tantangan, bertindak berdasarkan fakta yang sangat sedikit, blak-blakan, dan menilai anak berdasar hasil. Ketakutannya yang terbesar ialah ketika orang lain mengambil keuntungan darinya. Kebutuhannya yang terbesar ialah perhatian pribadi dari orang lain dan jawaban langsung dari orang lain. Mereka memiliki standar yang tinggi terhadap anak-anak mereka sehingga sering ‘memancing’ kualitas negatif keluar dari si anak. Mereka sering melarang anak untuk melakukan sesuatu tanpa menjelaskan mengapa, sehingga si anak sering melanggar perintah orang tuanya diam-diam.
Inilah hasil dari anak-anak yang memiliki orang tua otoriter : Mereka cenderung tidak menghargai diri sendiri. Mereka menjadi pemberontak bahkan menjadi “penjahat” karena sering diperlakukan berlebihan oleh orang tua. Mereka pada akhirnya memiliki penolakan yang besar atas orang tua mereka dan mereka sering mencari perhatian orang lain dengan cara-cara yang salah.
2. Orang tua yang santai. Masih pada ilustrasi yang sama, anak yang tadi tenggelam sedang berusaha berenang ke tepian untuk menyelamatkan nyawanya. Tiba-tiba ayahnya datang membawa video kamera, duduk di pinggir sungai dan mulai merekam perjuangan si anak. Di kepala si ayah, “Ini adalah pemandangan yang menegangkan tapi sangat menarik. Bagus sekali jika peristiwa ini saya rekam”.
Orang tua dengan tipe “video kamera” ini kehilangan otoritas sekaligus cinta kasih terhadap anaknya. Mereka bersikap tidak penyayang dan cuek terhadap anak mereka. Mereka suka menyewa pembantu untuk menjaga anak-anak dan sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Anak adalah “sesuatu yang bisa dilihat tetapi tidak usah didengar”.
Orang tua seperti ini merampok kebutuhan anak yang paling utama, yaitu kebutuhan emosional.
Ada 3 alasan utama anak-anak disia-siakan hari ini. Pertama, tingkat perceraian yang tinggi. Di abad ini, statistik anak yang ada di keluarga “single parent” meningkat sejumlah 700 persen. Orang tua single cenderung sibuk diluar rumah sehinga sulit memberi waktu terbaik buat anak. Kedua, Peningkatan jumlah wanita bekerja. Ibu yang mestinya paling krusial dalam hal kasih sayang, mulai lebih mengutamakan karir dibanding anak. Tahukah anda bahwa jumlah anak yang mencoba bunuh diri karena kurang perhatian meningkat 3 kali lipat dalam 10 tahun ini? Ketiga, adanya pengaruh televisi yang makin besar. Anak memiliki waktu berdua dengan televisi lebih banyak dibanding dengan orang tuanya. Mending kalau acaranya bagus, acara televisi hari-hari makin dipenuhi kekerasan dan doktrin-doktrin yang salah. Akibatnya, si anak makin terisolir.
Ini adalah hasil dari anak-anak yang memiliki orang tua yang santai : Mereka bertumbuh menjadi pribadi dengan luka batin yang besar. Hal ini berpengaruh pada hubungan si anak dengan orang lain. Anak tidak pernah merasa aman dalam hidup. Harga diri si anak menurun terus dan pelajarannya di sekolah cenderung tidak menghasilkan nilai yang baik.
Anak mengeja “CINTA” dengan cara yang berbeda. Mereka mengejanya menjadi “W”, “A”,”K”,”T”, dan “U”. Ya, waktu. Bukan berarti waktu adalah penyelesaian semua masalah keluarga, tetapi membagi waktu yang cukup dengan keluarga akan menciptakan iklim kedekatan yang menjadi dasar yang kuat.
3. Orang tua yang longgar. Orang tua dengan tipe ini cenderung hangat, penuh support dan kasih, tapi lemah dalam aturan pada anak. Mereka memberi kebebasan pada anak-anaknya. Mereka menjadi sangat longgar karena takut kalau mereka terlalu mengontrol anak, anak akan berontak. Ini kadang berefek negatif pada anak, karena si anak biasanya sering membuat pilihan-pilihan yang salah dalam hidupnya.
Inilah hasil dari anak-anak yang memiliki orang tua longgar : Anak menjadi ngelunjak. Dasar hidup si anak menjadi tidak kuat dan akhirnya sering memanipulasi keadaan seperti suka berbohong contohnya.
4. Orang tua yang “seimbang”. Orang tua yang seimbang memiliki standar positif dalam kehidupan. Mereka mengambil waktu untuk mendidik anaknya dengan batasan dan peraturan, serta melakukannya dengan penuh kasih sayang dan dukungan dan komunikatif. Mereka menghabiskan waktu pribadi dengan anak-anak dan mereka juga penuh maaf.
Hasil dari anak-anak yang memiliki orang tua yang seimbang : Harga diri si anak menjadi tinggi dan sanggup mengendalikan dirinya sendiri. Anak mengerti akan konsep peraturan dan disiplin. Anak-anak ini dengan mudah dapat menerapkan pendidikan agama yang benar dalam hidupnya.
Sudah jelas bahwa yang terbaik ialah menjadi orang tua yang seimbang. Menjadi seimbang dapat membantu anak secara maksimal untuk bertumbuh dengan baik, dan untuk memenuhi panggilannya yang tertinggi dalam hidup sebagai ciptaan Tuhan. Tetapi apapun tipe anda sebagai orang tua, ingatlah selalu bahwa masih selalu ada kesempatan untuk menjadi orang tua yang seimbang. Setiap orang tua memiliki sikap alamiah dalam dirinya dalam mendidik anak. Dengan mengenali sikap alamiah kita, kita akan tahu bagian mana yang lemah atau kurang dan perlu ditingkatkan. Peraturan atau kasih sayang? (diambil dari jawaban.com)
EmoticonEmoticon