Seorang ibu bertanya dalam sebuah seminar: Saya punya anak usia 8 thn dan duduk di kelas 2 SD. Anak saya ini susah di ajari dan anak saya ini lemah kemauan belajarnya, dan suka mencubit teman-temannya. Bagaimana solusinya agar anak saya tidk jahil tangannya dan rajin belajar.
Kolose 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar (MENDIDIK) dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Ayat ini, berlaku juga dalam hal MENGAJAR atau MENEGUR artinya dalam hal MENDIDIK, anak, yaitu dengan memberikan PUJIAN atau REWARDS.
1. Jahil
Sering perilaku anak, adalah reaksi atas perlakuan yang diterima. (Bisa juga karena pengaruh lingkungan, meniru teman atau media.). Jika orang tua tidak adil, lebih mengasihi adiknya, maka sang kakak bisa jahil dengan adiknya. Jika anak ditekan, dimarahi, disalahkan, dibentak-bentak, maka dia melampiaskan kekesalan ke adiknya atau teman-temannya disekolah. Jahil bisa juga bentuk pemberontakan karena dia selalu disalahkan. Saya juga menjumpai sebab lain anak menjadi jahil di sekolah yang saya kelola, mereka mencari perhatian gurunya. Anak-anak yang kurang perhatian menjadi nakal, ber-ulah, supaya diperhatikan. Ada puluhan sebab, kenapa anak jahil, jadi, lakukan perenungan, kira-kira yang mana untuk anakmu, atau lakukan ‘percobaan’.
Bulan ini, coba kurangi tekanan, jika selama ini terlalu menekan, marah berlebihan, coba saja perikan rewards, coba berikan pujian, cari apa hal baik yang dia lakukan hari itu dan berikan pujian, kata-kata positif, pelukan atau rewards lainnya, jika satu bulan dengan perubahan perlakuan dan dia berkurang jahilnya, itulah sebabnya. Jangan malas mengucapkan “Wah kamu anak hebat” “How... hari ini kamu berhasil” “Rajin sekali... thanks You” dan jika anak berbuat sesuatu untukmu juga jangan lupa ucapkan “Terima kasih”.
2. Rajin Belajar
Pada hakekatnya dunia anak adalah bermain. Belajar bukan sesuatu yang menyenangkan anak, namun itu diperlukan anak, untuk melatih daya pikir, logika, analisa dan menambah ilmu pengetahuan umumnya yang diperlukan untuk hidup ini. Karena bukan hal yang menyenangkan, maka intinya, supaya anak mau belajar, buatlah hal itu menjadi menyenangkan. Karena sebenarnya dengan rata-rata IQ/ kepandaian anak zaman ini, pelajaran dan soal PR bukanlah lah yang susah bagi anak, yang susah bukan PR atau soalnya, yang susah itu MAU-nya. Kalau anak MAU, mka sebenarnya bisa.
Tips Pertama: Buatlah beberapa peraturan terhadap hal-hal yang menyenangkan anak, dengan membatasinya, dan jika sudah belajar dan mengerjakan PR baru boleh ditambah. Misalnya boleh main komputer game atau play station, jika dan hanya jika PR sudah selesai. Main 1 hari 1 jam, tetapi jika nilai pelajaran 10 tambah 1 jam, nilai 8-9.9 tambah 30 menit, jika dua pelajaran nilainya 10 berlaku kelipatannya. Saya mencoba hal demikian untuk anak saya nomor 2, laki-laki, kelas 2 SD dan dia mengerjakan PR dengan cepat ketika ‘ada maunya’, segera main. Jika anak belum belajar dan nilai jelek, benar-benar harus tegas, Playstation atau komputer tidak boleh dinyalakan. Jangan biarkan anak bermain, menonton TV, Play station dan komputer game tanpa aturan, jika sudah terbiasa tanpa aturan, kita tidak bisa mengendalikan anak. Tetapi walaupun sudah terlanjur, tetap tidak ada kata terlambat untuk memulainya.
Tips Kedua: Berlakukan sistem rewards, misal jika mendapat nilai 10 mendapat uang tabungan 10 atau 25 ribu, nilai 8-9 dapat separonya dst, tergantung kemampuan ekonomi keluarga, dan ajari anak menabung.
Tips Ketiga: Jangan dimarahi, tetapi diberi dorongan, berikan waktu untuk penandampingan. Sering anak saya juga minta ‘ditemeni’ belajar di kamarnya. Akan lebih asyik, jika terlibat dengan membaca pertanyaan dan biarkan dia menjawab, orang tua secara aktif terlibat dalam kegiatan belajar anak.
Jangan berharap, bahwa semua TIPS dan terapi, rewards akan langsung seketika berdampak mujarab, sering perubahan membutuhkan waktu, konsisten, terus menerus dan anak baru berubah.
Baik JAHIL ataupun MALAS, atau kesalahan lainnya, yang penting saat marah, janganlah marah dengan mengucapkan perkataan yang memberikan label. Jangan katakan ; “Dasar kamu itu anak MALAS” “Kamu itu anak NAKAL” tetapi katakan; “ANAK BAIK tidak boleh nakal” “Anak mama tidak boleh malas” “Kamu anak Tuhan Yesus tidak boleh nakal”, dll...pokoknya segala perkataan yang positif, bukan yang negatif. Hargai anak sebagai Pribadi.
EmoticonEmoticon